Minggu, 12 Februari 2012

PRODUKSI TEKSTIL Jabar tersendat pasokan batu bara

Large_dsc_0011
BANDUNG: Pasokan batu bara untuk industri di Jawa Barat tersendat akibat cuaca yang buruk yang terjadi sepekan terakhir ini. Tekstil dan produk tekstil (TPT) paling merasakan hambatan produksi, khususnya industri pencelupan.
 
Sekretaris DPD Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar Kevin Hartanto mengatakan sekitar 95% industri pencelupan di Jabar menggunakan batu bara sebagai sumber energi.
 
“Kami menerima kabar bahwa pengiriman batu baru terhambat akibat cuaca buruk. Padahal, ratusan unit industri pencelupan menggunakan sumber energi batu bara sampai 95%,” katanya hari ini.
 
Berdasarkan data API, kebutuhan batu bara untuk memenuhi seluruh industri di Jawa Barat itu sekitar 5.000 ton per hari, dan mayoritas digunakan industri TPT.
 
Menurut dia, apabila pasokan batu bara tersendat, proses produksi industri-industri TPT, khususnya, pencelupan, menjadi terhambat dan berpotensi menimbulkan kerugian untuk industri tersebut.
 
Kevin mengatakan selama ini pelaku industri pencelupan memilih peralatan yang menggunakan batu bara karena dinilai lebih hemat dibanding sumber energi lain, seperti bahan bakar minyak (BBM). “Bahkan, lebih tinggi 100% daripada biaya operasional menggunakan batu bara.” 
 
Sejauh ini, katanya, di Jabar, setiap industri TPT, khususnya pencelupan, memiliki stok yang berbeda.
 
Dia berpendapat, sebagian industri memiliki stok batu bara mencapai bulanan dan triwulan. Akan tetapi, ada pula yang biasa menyimpan stok batu bara secara mingguan. 
 
“Industri yang punya stok batu bara mingguan inilah yang kami khawatirkan proses produksinya tersendat,” katanya.
 
Pelaku industri, jelasnya, akan menanggung kerugian dalam hal proses produksi yang menjadi lebih lama. Jika hal itu terjadi, tambahnya, tidak tertutup kemungkinan, pelaku industri melakukan re-schedulling dengan buyers. Efeknya, pendistribusian pun menjadi lama.
 
“Situasi ini berpotensi membuat industri terkena penalti karena keterlambatan produksi dan pendistribusian,” paparnya.
 
Faktor cuaca
 
Deny Jaelani, Kepala Seksi Pelayaran Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Pelabuhan Kertajati Cirebon, membenarkan cuaca buruk berpengaruh pada pengapalan batu bara di Pelabuhan Cirebon.
 
Dia mengatakan saat ini sekitar 15 unit kapal pengangkut batu bara tidak dapat berlabuh di Pelabuhan Cirebon.
 
Hal itu, terjadi karena cuaca buruk yang menyebabkan terjadinya angin kencang dan ombak tinggi di perairan Laut Jawa. Kapal-kapal itu, katanya, berlindung di Pulau Karimun Jawa.
 
“Adpel [Administrasi Pelabuhan] menerbitkan surat edaran kepada Pelayaran Nasional-Rakyat nahkoda, dan operator kapal. Isinya, berupa imbauan supaya adanya penundaan keberangkatan kapal demi menjaga keamanan akibat cuaca buruk,” katanya.(sut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar