Senin, 05 Maret 2012

Pengelolaan Minyak Indonesia tidak Efisien

Penulis : Andreas Timothy
Senin, 05 Maret 2012 16:26 WIB      
JAKARTA--MICOM: Tingkat pengurasan cadangan minyak Indonesia mencapai 8 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pengurasan di negara-negara penghasil minyak utama dunia seperti Arab Saudi dan Libia.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Gde Pradnyana mengungkapkan, dengan cadangan minyak berkisar 4 miliar barel, Indonesia memproduksikan minyak rata-rata 1 juta barel per hari (bph). Dengan demikian, reserve to production ratio (RPR) Indonesia berada di angka 4.

Angka ini jauh di bawah Arab Saudi dan Libia. Dengan cadangan minyak mencapai 265 miliar barel, Arab Saudi hanya memproduksi minyak rata-rata 8 juta bph atau tingkat RPR-nya mencapai 35. Sementara Libia, dengan cadangan minyak 46 miliar barel dan tingkat produksi sebesar 1,5 juta bph, memiliki tingkat RPR sebesar 30.

"Artinya selama ini kita menguras cadangan minyak kita kurang lebih 8 kali lebih cepat dari Arab Saudi dan Libia. Laju pengurasan minyak kita sudah tergolong sangat tinggi jika dibandingkan negara penghasil minyak lain,” ujar Gde dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/3).

Gde mengaku, meski cukup banyak ditemukan lapangan minyak, namun ukurannya masih jauh lebih kecil. Sebaliknya eksplorasi yg belakangan ini gencar dilakukan di kawasan Indonesia Timur malahan menghasilkan penemuan cadangan-cadangan gas dalam jumlah besar. Di antaranya Tangguh, area deepwater Selat Makassar (Gandang, Gendalo, Gehem, dll), Masela (Laut Timor), dan terakhir oleh Genting Oil di Bintuni.

Dari dua kenyataan itu maka cadangan terbukti minyak nasional kita terus menyusut dalam 10 tahun ini dari 4,3 miliar barel menjadi 3,9 miliar barel. Sementara cadangan gas kita masih tetap tinggi, lebih dari 104 triliun kaki kubik.

"Industri hulu migas adalah industri eksplorasi danveksploitasi cadangan migas. Alam tidak bisa dipaksa untuk menghasilkan minyak ataupun gas, tetapi kita hanya bisa mencari dimana cadangan-cadangan tersebut berada dan kemudian mengurasnya dengan berbagai cara," ujar Gde.

Dia menambahkan, dengan kebutuhan/konsumsi bahan bakar minyak (bbm) nasional yang saat ini sudah di atas 1,2 juta barel per hari dan kemampuan kilang domestik hanya 700 ribu barel per hari, maka sisa kebutuhan BBM masih harus diimpor.

"Ini tidak bisa dihindari, seandainyapun produksi minyak mentah kita kembali ke 1,6 juta barel per hari maka impor BBM tetap tidak bisa dihindari," ujarnya. (Atp/OL-9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar