Rabu, 07 Maret 2012

BLOK NATUNA TIMUR: Pengelola minta kredit US$24 miliar

Large_sx029_6740_9JAKARTA: Konsorsium blok Natuna timur telah mengajukan permohonan investment credit sebesar US$24 miliar kepada pemerintah guna membangun saluran dan berbagai reservoir sebagai bagian dari proses pengembangan blok Natuna.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina M. Afdal Bahaudin mengungkapkan konsorsium membutuhkan jaminan insentif karena pengembangan blok Natuna timur membutuhkan investasi yang besar.

Investasi awal akan diprioritaskan untuk mereduksi kandungan karbon dioksida yang diperkirakan mencapai 70% di blok gas Natuna. Pengembang membutuhkan pengukuran seismik 3D serta teknologi yang mampu memastikan injeksi CO2 pada saluran yang tepat.

Selain itu, konsorsium blok Natuna yang terdiri dari Pertamina dan kedua calon mitra yakni Exxon Mobil Corporation serta Total EP Indonesie juga telah mengusulkan opsi kebijakan fiskal agar pengembang blok tidak kesulitan menutupi biaya investasi.

Menurut Afdal, pihaknya membutuhkan perpanjangan masa konsesi hingga  50 tahun dalam klausul kontrak. Dengan begitu, serunya, pengembangan operasi di blok Natuna timur dapat terjamin berkesinambungan dengan mengoptimalkan skala produksi.

Afdal berharap sejumlah usulan dapat segera terealisasi sehingga sejumlah investor dapat membahas mekanisme bisnis secara intensif termasuk besaran hak partisipasi dan sumber teknologi pengembangan lapangan di blok Natuna timur.

“Kita belum sampai ke tahap hitung-hitungan kepemilikan saham. Perkembangan statusnya masih dibahas di pemerintah,” ungkapnya kepada Bisnis hari ini.

Natuna memiliki cadangan gas alam terbesar di kawasan Asia Pasifik cadangan gas alam dengan volume sebesar 222 triliun kaki kubik. Sejumlah investor termasuk Total berminat masuk ke proyek tersebut. Total bahkan siap berinvestasi hingga US$ 30 miliar.

President Director Total E&P Indonesie Elisabeth Proust mengungkapkan Total berpeluang memiliki saham lebih besar pada proyek Natuna timur setelah Petronas tidak menemui prinsip kesepakatan (PoA).  Dengan begitu,  PoA akan mengalami perubahan sehingga juga berpengaruh terhadap penandatanganan kontrak bagi hasil.

“Saya tidak mau berkomentar lebih banyak tentang keluarnya Petronas. Namun, proyek Natuna merupakan bagian dari investasi masa depan Total di Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, Froust mengatakan Total juga berencana agresif mengembangkan proyek-proyek eksplorasi di Indonesia terutama di daerah-daerah lepas pantai yang dalam (deep offshore).

Menurutnya, investasi Total ke depan akan menyasar kawasan baru dengan sumber-sumber material tambang yang tidak konvensional.

Wakil Menteri Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo menjamin investor blok Natuna timur akan mendapatkan insentif terutama terkait proses injeksi kandungan CO2.

Menurutnya, potensi gas Natuna timur memang belum bisa dieksplorasi maksimal sehingga membutuh kan waktu pengembangan hingga lima tahun.

Widjajono berharap Pertamina dapat menjadi operator dan mengantongi saham mayoritas di East Natuna. Dengan begitu, serunya, Pertamina berpeluang menguasai penuh blok Natuna apabila masa kontrak berakhir. (25/Bsi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar