Selasa, 06 Maret 2012

BBM Naik, Industri Pengolahan Ikan Terancam

Rabu, 07 Maret 2012 | 11:13 WIB

foto 
TEMPO.CO, Jakarta - Industri kecil dan menengah pengolahan ikan terancam mati jika harga bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan. Sebab industri tersebut selama ini menggunakan bahan bakar minyak bersubsidi untuk urusan transportasi. “Biaya akan bertambah, tapi harga tidak bisa begitu saja dinaikkan,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia Thomas Darmawan saat dihubungi, Rabu, 7 Maret 2012.

Kondisi industri terjepit karena harga produk tidak bisa dinaikkan sebab industri kecil dan menengah bergantung pada permintaan konsumen di hari itu. “Kalau barangnya banyak tapi yang beli sedikit, ya harga juga tidak bisa naik,” kata Thomas.

Saat ini ada sekitar satu juta industri kecil menengah di bidang pengolahan produk perikanan. Seratus ribu di antaranya adalah pemindangan. Bagi mereka, tidak ada jalan mengefisienkan produksi karena semua tergantung konsumen.

Selain industri kecil, nelayan juga menjadi pihak yang merasakan dampak yang besar dari kenaikan harga BBM. Pasalnya, mereka menggunakan solar bersubsidi. Kalau harga BBM naik, biaya penangkapan ikan di laut akan membengkak. Padahal sekali melaut belum tentu mendapatkan banyak ikan.

Harga ikan, menurut Thomas, bergantung pada hasil tangkapan dan pelelangan hari itu. “Bayangkan, mereka sudah mengeluarkan biaya lebih besar, tapi hasilnya belum pasti.”

Wacana kenaikan harga BBM bersubsidi ini mengemuka setelah pemerintah mengumumkan antisipasi harga minyak dunia yang terus melambung. Pada bulan April mendatang, pemerintah berencana menaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi di anggaran pendapatan dan belanja negara. Hampir berbarengan dengan kenaikan BBM, tarif dasar listrik juga akan dinaikkan bulan Mei ini.

GADI MAKITAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar