Kamis, 05 Januari 2012

TIN MARKET: Harga timah diyakini segera menguat

TIN MARKET: Harga timah diyakini segera menguat

Large_dsc_0157
JAKARTA: Harga timah di pasar global diyakini kembali menggeliat tahun ini menyusul menipisnya ketersediaan komoditas itu dan berdirinya Indonesia Tin Market di Bursa Berjangka Komoditi Indonesia.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan tidak ada alasan untuk memproyeksikan harga timah dunia masih melemah.

“Harusnya harga naik, apalagi dengan pasokan dunia semakin sedikit [karena moratorium yang dilakukan produsen timah asal Indonesia beberapa waktu lalu]. Tidak ada selain [harga] tidak naik,” jelasnya.

Dia menuturkan terkoreksinya pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 4% tidak akan mengganggu harga timah di pasar global.

Negara-negara pengonsumsi timah seperti China, kata Wamendag, masih membutuhkan komoditas tersebut untuk industrinya.

Berdasarkan London Metal Exchange, harga timah ditetapkan di level US$19.650 per ton, atau turun 6,42% dibandingkan dengan saat produsen timah Indonesia melakukan penghentian sementara (moratorium) ekspor pada 1 Oktober 2011, yakni di level US$21.000 per ton.

Sementara itu, harga tertinggi timah pada 2011 tercatat berada di level sekitar US$32.000 hingga US$33.000 per ton.

Adapun stok timah yang tercatat di LME adalah sebanyak 11.795 ton per 4 Januari 2012. Indonesia merupakan penyedia 80% timah untuk pasar global.

Wamendag mengimbau agar produsen tidak terlalu meningkatkan volume ekspor pada tahun ini untuk menjaga agar harga bisa semakin meningkat. “Ekspor timah jangan terlalu ditingkatkan, kita kan mengontribusikan 80% pasokan dunia,” jelas Bayu.

Dia menuturkan dengan didukungnya operasional Indonesia Tin Market (Inatin) pada pertengahan atau akhir bulan ini, Indonesia akan bisa menjadi penentu harga timah.

Inatin, katanya, merupakan salah satu upaya Indonesia membuat pasar timah lebih terkelola dan rasional.

“Kemarin itu, ada proses yang berbeda karena ada peran profit taker [di pasar timah dunia]. Sekarang, kami coba rasionalkan dan membuat lebih terkelola dengan Inatin. Melalui Inatin kami mencoba menata dengan membuat pasarnya terorganisir,” paparnya.

Rencananya, Inatin akan beroperasi selama 15 menit pada hari kerja puluk 15.45 WIB hingga 16.00 WIB.

Direktur PT Mitra Stania Prima Rudy Irawan mengatakan setiap produsen timah di Indonesia memiliki hak yang sama untuk bergabung di Indonesia Tin Market sebagai penjual, asalkan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan.

Adapun saat ini, kata dia, yang telah tercatat sebagai penjual di Indonesia Tin Market adalah PT Timah Tbk dan PT Tambang Timah.

Sementara itu, jumlah perusahaan yang tercatat memiliki lisensi untuk melakukan ekspor timah adalah sebanyak 39 perusahaan.

“Semua produsen yang memenuhi persyaratan bisa bergabung untuk menjadi penjual di Indonesia Tin Market,” paparnya.

Rudy sebelumnya adalah Ketua Harian Asosiasi Timah Indonesia. Namun, saat ini dia berada di luar asosiasi karena konflik yang terjadi.

Direktur PT Bangka Belitung Timah Sejahtera Johan Murod sebelumnya mengatakan produsen timah di Bangka Belitung menyesalkan penamaan Indonesia Tin Market, bukannya Bangka Belitung Tin Market.

Penamaan tersebut menjadi salah satu yang memicu konflik di tubuh Asosiasi Timah Indonesia, yang diketuai oleh Hidayat Arsani itu. (faa).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar