Kamis, 05 Januari 2012 Kompas
Sebagian besar belanja modal tersebut, menurut Direktur Utama AKR Corporindo Suresh Vembu, akan dialokasikan untuk melanjutkan pembangunan terminal bahan bakar dan tanker yang sudah dimulai perseroan sejak 2010.
"Sekitar US$100 juta digunakan AKR untuk menyelesaikan pembangunan. Rencananya selesai tahun ini," ujarnya saat dihubungi hari ini, 5 Januari 2012.
Suresh menambahkan, sisa dana sebesar Rp300 miliar akan dikucurkan untuk beberapa anak usaha perseroan. Dana tersebut nantinya dialokasikan untuk pembangunan infrastuktur guna menunjang operasi utama perseroan.
Nilai belanja modal tahun ini, dijelaskannya, masih mungkin bertambah seiring rencana perseroan menjadi pemegang saham mayoritas di PT Jabal Nor. Pada bulan lalu emiten berkode saham AKRA tersebut telah menggelontorkan dana Rp24,29 miliar untuk membeli 48.575 saham baru Jabal Nor, atau setara dengan 33,5% kepemilikan.
Perseroan berencana menambah porsi kepemilikan sahamnya di Jabal Nor, tahun ini. Menurut Suresh, pada kuartal I tahun ini, perseroan akan menjadi pemegang saham mayoritas di Jabal Nor.
"Kami masih hitung kebutuhan dana untuk itu," jelasnya.
Akuisisi Jabal Nor merupakan rencana perseroan untuk mengintegrasikan bisnisnya. Menurut rencana, operasi Jabal Nor akan dikhususkan untuk pengelolaan jalan hauling dan pelabuhan khusus batu bara di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Perseroan akan mengandalkan dana internal sebagai sumber pembiayaan tunggal capex tahun ini. Adapun, berdasarkan laporan keuangan sembilan bulan pertama tahun ini, kas dan setara kas emiten berkode saham AKRA tersebut mencapai Rp1,32 triliun.
Target 2012
Integrasi bisnis, diperkirakan Suresh akan mendongkrak pendapatan perseroan hingga Rp21 triliun-- Rp22 triliun tahun ini. Dia menjelaskan, pendapatan akhir tahun AKRA pada 2011 mencapai Rp18 triliun—Rp18,5 triliun, dan akan meningkat 20%—25% tahun ini.
Suresh optimistis target itu akan bisa dicapai perseroan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 yang diproyeksikan mencapai 6,7% serta kebijakan subsidi BBM pemerintah disebutnya menjadi faktor pendukung pertumbuhan pendapatan perseroan.
"Berbeda dengan batu bara, harga bahan bakar minyak akan terus naik karena penyerapan domestik yang bagus," jelasnya.
Penyerapan BBM dalam negeri, ditambahkannya, membuat perseroan relatif tidak terimbas krisis yang sedang menjangkiti Benua Biru.
Sementara itu, untuk laba bersih, Suresh belum mau bicara banyak karena masih dalam perhitungan manajemen. Meski begitu, dia menyebutkan, tahun lalu laba bersih perseroan tumbuh di kisaran 80--90% dibandingkan laba bersih 2010 sebesar Rp312 miliar.
Pada perdagangan siang ini (pukul 14:19 wib) AKRA menguat 3,15% ke harga Rp3275 per lembar saham, membentuk kapitalisasi pasar sebesar Rp12,52 triliun. Adapun, berdasarkan data Bloomberg, per 5 Januari 2012, rasio harga per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham (price per equity,PER) AKRA berkisar di angka 5,6 kali. (Faa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar