Selasa, 03 Januari 2012

Otopsi Perkuat Dugaan Ada Sniper di Tragedi Bima

02 Januari 2011,Tempo
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Police Watch (IPW) menilai hasil otopsi forensik dua jasad korban kekerasan di Bima, Nusa Tenggara Barat, semakin memperkuat dugaan adanya penembak jitu atau sniper. "Kalau ditembak dari jauh berarti ada sniper seperti diberitakan di media," kata Neta S. Pane, Ketua Presidium IPW, kepada Tempo, Senin, 2 Januari 2012.

Walau sebenarnya dalam pembubaran massa di Pelabuhan Sape, Sabtu, 24 Desember 2011, ada dua kelompok aparat yang kemungkinan menembakkan peluru tajam dari jarak jauh. Yakni kelompok polisi dengan senjata serbu seperti pistol dan SS1. "Dan penembak jitu atau sniper," ujarnya menambahkan.

Neta berharap tim Mabes Polri dapat serius dan terbuka dalam mengungkap pelaku penembakan warga di Bima tersebut. Sebab, lanjut Neta, dalam pembubaran demo tak diperbolehkan polisi menggunakan peluru tajam. "Apalagi sniper," katanya. Menurut Neta, polisi cukup menggunakan satuan polisi bertameng dan pentungan, gas air mata, serta kendaraan 'water cannon'.

Aksi kekerasan di Bima meletus Sabtu, 24 Desember 2011, menuntut dibekukannya izin operasional pertambangan milik PT Sumber Mineral Nusantara. Warga sebenarnya telah melakukan aksi protes sejak 19 Desember 2011.

Warga sempat menduduki Pelabuhan Sape sehingga seluruh aktivitas di pelabuhan tersebut lumpuh. Dalam aksi kekerasan tersebut, polisi mencatat dua orang warga tewas tertembak dan puluhan lainnya luka-luka. Massa juga sempat melakukan pembakaran Polres Lambu serta kompleks perumahan di sekitar Polres.

INDRA WIJAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar