Kamis, 05 Januari 2012

ExxonMobil dipaksa bangun fasilitas tambahan di Banyu Urip


JAKARTA: Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi tetap memaksa ExxonMobil Corporation untuk segera membangun fasilitas tambahan produksi berkapasitas 5.000 barel minyak per hari guna memacu peningkatan produksi di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Jawa Timur.

ExxonMobil Corporation melalui dua anak usahanya Mobil Cepu Limited (MCL) sebagai operator Blok Cepu dan Ampolex (Cepu) PTE Ltd., memiliki 45% saham partisipasi di blok tersebut, bersama Pertamina EP Cepu pemegang 45% saham dan 4 BUMD dengan total 10% saham.

Deputi Pengendalian Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Rudi Rubiandini mengungkapkan pihaknya sudah sejak setahun lalu meminta ExxonMobil membangun fasilitas tambahan itu untuk meningkatkan produksi, tetapi tidak mendapatkan respon dari raksasa migas asal Amerika Serikat itu.

Padahal, lanjutnya, dengan adanya fasilitas tambahan itu mampu meningkatkan produksi di tiga sumur eksisting Banyu Urip yang selama ini hanya memiliki peralatan dengan kapasitas 20.000 bph.

Berdasarkan kajian BP Migas, jelasnya, sumur-sumur itu mampu mengalirkan minyak sampai dengan 37.000 bph kalau kapasitas peralatan produksinya ditingkatkan.

"Secara teknis itu [pengadaan fasilitas tambahan produksi] sangat bisa dilakukan, dan kami sudah berulang-ulang membicarakannya, tetapi pihak ExxonMobil tidak mau repot sehingga tidak ada kemauan sedikitpun untuk melakukannya,” ujarnya hari ini.

Dia menegaskan pihaknya hanya memberikan batas sampai akhir Januari tahun ini, kepada ExxonMobil untuk segera memutuskan penambahan kapasitas fasilitas produksi awal (early production fasilities/EPF) di Lapangan Banyu Urip.

"Kami berikan batas sampai akhir Januari, dan kami sudah harus terima detail proyeknya, alat yang dibutuhkan apa saja, bagaimana pengadaannya, dan berapa kalkulasi biayanya untuk proyek tambahan itu," katanya.

Menurut Rudi, BP Migas akan mengambil tindakan tegas bila ExxonMobil masih tidak bersedia meningkatkan produksi lapangan minyak itu.

"Kami akan minta pejabat [ExxonMobil] yang bertanggung jawab untuk diganti karena dianggap tidak mampu bekerja sama dengan negara. Ini kan demi kebaikan bangsa juga," ujarnya.

Di sisi lain, pihak ExxonMobil yang ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai operator utama Blok Cepu pada 2006 untuk kontrak 30 tahun, menyatakan komitmennya untuk tetap memenuhi kebutuhan energi rakyat Indonesia.

Namun, ExxonMobil masih mengkaji peningkatan fasilitas produksi itu dengan tetap mengutamakan keselamatan, integritas, dan proses penjaminan kualitas guna memenuhi standar yang berlaku.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik meminta agar penyelesaian proyek engineering, procurement and construction (EPC) 1 proyek Banyu Urip dipercepat, mengingat pentingnya kontribusi lapangan tersebut terhadap peningkatan produksi minyak nasional.

"Penyelesaian proyek ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar 36 bulan, tetapi kami meminta semua pihak agar bekerja sama agar penyelesaiaan proyek ini bisa dipercepat," ujarnya beberapa waktu lalu.

Pada 6 Desember 2010, Jero Wacik telah melakukan peletakan batu pertama untuk proyek EPC 1 proyek Banyu Urip. MCL memulai pembangunan fasilitas produksi awal Banyu Urip berkapasitas 20.000 bph pada akhir 2008 dan berproduksi sejak Agustus 2009.

MCL bersama Pertamina menemukan sumber minyak mentah dengan kandungan 1,478 miliar barel dan gas mencapai 8,14 miliar kaki kubik di Lapangan Banyu Urip pada Februari 2001. (sut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar