Rabu, 04 April 2012

Makin Meredup, Harga Emas Anjlok 3,5 Persen

Kamis, 05 April 2012 | 08:44 WIB
TEMPO.CO, New York - Harga emas kembali tenggelam ke level terendahnya dalam 12 minggu terakhir mengikuti aksi lepas saham dan komoditas lainnya setelah dalam catatan The Fed (Minute) terbaru melemahkan harapan adanya stimulus moneter lanjutan.

Harga komoditas emas untuk kontrak bulan Juni anjlok 3,5 persen menjadi US$ 1.614,1 per troy ounce dalam perdagangan di bursa komoditas New York semalam. Ini merupakan level terendahnya sejak 9 Januari lalu. Namun, di pasar elektronik Asia pagi ini, harga emas berhasil menguat US$ 9,7 (0,6 persen) ke US$ 1.623,8 per ounce.

Harga perak juga turun tajam. Untuk kontrak bulan Mei jatuh US$ 2,2 (6,7 persen) menjadi US$ 31,04 per ounce. Harga perak juga mencapai level terendahnya sejak 19 Januari.

“Logam mulia mengalami tekanan jual yang dramatik di tengah berita bagus pulihnya ekonomi karena dalam catatan bank sentral AS kemarin memupuskan harapan adanya pelonggaran kuantitatif lanjutan (QE 3),” ujar George Gero, Wakil President dari RBC Wealth Management di New York.

“Setelah jatuh cukup dalam menjelang libur panjang, target harga emas berikutnya di US$ 1.600 per troy ounce,” kata Charles Nedoss, ahli strategi pasar dari Olympus Futures di Chicago. Para investor mengantisipasi hari libur Jumat Agung.

Di pasar uang, greenback, sebutan untuk dolar AS, kembali digdaya terhadap mata uang utama dunia. Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya semalam naik 0,308 poin (0,39 persen) ke level 79,949.

Dampak dari apresiasi dolar AS juga menjadi alasan mengapa harga emas kembali meredup mendekati US$ 1.600 per troy ounce karena transaksi emas dalam mata uang dolar.

Harga tembaga di bursa komoditas Hong Kong untuk antaran bulan Mei juga turun 13 sen (3,3 persen) menjadi US$ 3,79 per pon. Paladium untuk pengiriman bulan Juni merosot U$ 26,85 (4,1 persen) menjadi US$ 632,75 per ounce, sementara platinum untuk kontrak bulan Juli susut SU$ 61,9 (3,7 persen) ke US$ 1.598 per ounce.

MARKETWATCH / VIVA B. KUSANANDAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar