Minggu, 12 Februari 2012

SWAP GAS: BP Migas akan yakinkan lagi PLN

Large_dsc_0067JAKARTA: Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) kembali akan berupaya meyakinkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) agar segera menandatangani kesepakatan swap gas dari Lapangan Gajah Baru, Kepulauan Riau.

Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Rudi Rubiandini mengatakan kesepakatan swap gas tersebut saat ini memang tinggal menunggu persetujuan PLN saja.

“Gajah Baru masih tetap menunggu PLN. Kami akan coba tengahi lagi minggu depan,” ujar Rudi ketika dihubungi Bisnis, hari ini (12/02).

Rudi mengaku sulit meyakinkan PLN bahwa klausul demi klausul yang terdapat dalam kesepakatan swap gas tersebut, tidak akan merugikan PLN di kemudian hari.

“Kami bingung selain capek membantu PLN, tapi juga betapa sulitnya meyakinkan pikiran orang. Sulitnya mereka [PLN] memahami niat kami [BP Migas] demi bangsa. Kami masih coba bersabar,” ujar Rudi.

Adapun skenario swap-nya adalah produksi gas sebesar 40 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari Lapangan Gajah Baru yang dioperasikan Premier Oil akan memasok ke konsumen ConocoPhillips di Singapura.

Sementara itu, produksi gas ConocoPhillips dengan jumlah yang sama, yang semula dialokasikan untuk konsumen di Singapura kemudian di-swap atau dialihkan ke PLTGU Muara Tawar, Bekasi.

BP Migas menargetkan swap gas tersebut seharusnya sudah bisa mengalir di awal tahun ini. Dengan mundurnya swap gas, maka subsidi untuk PLN juga akan semakin tinggi karena pembangkitnya terpaksa masih harus menggunakan BBM.

“Padahal dengan dimundurkannya 40 MMSCFD, artinya subsidi akibat menggunakan BBM juga terus berlanjut,” ujar Rudi.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana menambahkan BP Migas sudah memberikan perlindungan yang berlapis-lapis kepada PLN terkait swap gas ini. Sehingga menurutnya, PLN semestinya tidak perlu khawatir lagi.

“Prinsip swap itu adalah setelah dan sebelum di-swap itu sama, tidak boleh ada yang dirugikan. Bagi kami [BP Migas], kami sudah confidence dengan perlindungan yang kami berikan untuk PLN,” ujarnya.

Menurut Gde, BP Migas sudah terbiasa berhadapan dengan pihak asing, dalam hal ini Singapura, sementara PLN belum terbiasa. Gde berharap kesepakatan swap gas ini sudah bisa diteken bulan ini juga sehingga gas bisa segera mengalir.

“PLN tidak perlu khawatir karena kami sudah melindungi berlapis-lapis. Semestinya PLN aman. Mungkin PLN merasa belum aman, karena belum terbiasa berhadapan dengan asing,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan pokok-pokok perjanjian swap gas Gajah Baru sebenarnya sudah selesai.

Harga jual gas ke PLN, misalnya, sudah disepakati sebesar US$4,9 per juta BTU (MMBTU) dengan titik serah di Batam, Kepulauan Riau. Namun, Nur mengaku belum akan menandatangani kontrak swap gas selama masih ada beberapa klausul yang belum pasti.

“Pokok-pokoknya sudah selesai, tapi what if-what if-nya yang belum, seperti bagaimana kalau pipa gasnya pecah, ada pasokan gas turun, dan sebagainya. Pokoknya kami [PLN] ngga mau rugi. Saya tidak mau buru-buru tandatangan kalau nanti klausul-klausulnya jelek untuk PLN,” tegasnya. (Bsi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar