Minggu, 12 Februari 2012

SHALE GAS: Pemerintah Siapkan Regulasi Khusus

Large_evitalegowo-antarafoto                             JAKARTA : Pemerintah sedang menyiapkan regulasi khusus terkait dengan shale gas, salah satu sumber gas nonkonvensional yang pengembangannya akan mengikuti coal bed methane (CBM/gas metana batu bara).

Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo mengatakan regulasi khusus tersebut akan diterbitkan pada tahun ini.

“Kami sudah punya draf-nya, mudah-mudahan selesai tahun ini soal regulasinya. Kami mencontoh apa yang kami lakukan di CBM,” ujarnya di sela-sela acara Second US-Indonesia Energy Investment Roundtable on Unconventional Gas, Senin 6 Februari 2012.

Evita mengatakan untuk CBM, pengembangannya dimulai dengan pilot project pada 2004, lalu regulasi pada 2006 dan pada 2008 pemerintah sudah menandatangani PSC (kontrak) CBM yang pertama. Adapun regulasi terkait dengan shale gas targetnya sebenarnya 2011, tetapi mundur sedikit menjadi 2012.

Selain regulasi, pada tahun ini pemerintah mulai melakukan minimal satu joint study shale gas. Saat ini ada sekitar 15 perusahaan yang mengajukan diri untuk melakukan joint study  di Indonesia.

“Kami harap 2012 sudah selesai dengan minimum satu joint study. Sekarang sudah ada 15 yang minta joint study, Exxon kalau ngga salah apply juga, tetapi kalau ngga salah dia ngga sendirian, konsorsium,” ujar Evita.

Menurut Evita, joint study biasanya memakan waktu 6 bulan. Setelah joint study, pemerintah akan melihat apakah wilayah kerja tersebut bisa ditender langsung atau akan diadakan pilot project dahulu.

“Tapi ini belum diputuskan. Kami akan mulai tahun ini, kami lihat dulu hasilnya seperti apa. Baru kami putuskan kapan bisa tandatangan kontrak shale gas pertama,” ujarnya.

Pengembangan shale gas sudah lama dilakukan oleh Amerika Serikat. AS berhasil menjadi negara pengekspor gas alam dalam kurun waktu 10 tahun dengan penggunaan teknologi modern untuk mengeksploitasi sumber-sumber gas yang non-konvensional, termasuk shale gas.

Indonesia dan AS akan saling bertukar informasi dan pengalaman terkait dengan pengembangan gas nonkonvensional, baik dari sisi harga, lingkungan, hingga regulasi.

Evita menegaskan pemerintah serius mengembangkan gas non-konvensional dengan tidak membatasi cost recovery untuk shale gas.

“Kami tidak ingin batasi cost recovery, akan kami berikan tetapi dengan aturan yang memang memungkinkan. Kami betul-betul berniat akan mengembangkan semuanya [nonkonvensional]. Untuk itu kami harus berani belajar dari segi teknologi bersama AS dan mendengar masukan dari stake holder,” ujar Evita.(bas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar