Minggu, 12 Februari 2012

PENGGERAK HARGA EMAS: Apa saja faktornya?

Large_sx164_2907_9
JAKARTA: Emas menjadi salah satu komoditas paling dibicarakan dalam beberapa tahun ini karena lonjakan harganya yang fantastis dan karakter fluktuasinya yang kadang anomali, alias bergerak tidak biasa.

Harga emas dunia berubah dengan cepat, baik di Loco London Gold maupun di bursa Comex, New York, dan bursa komoditas lain. Apa sebenarnya yang menggerakkan harga itu?

Selain bergerak mengikuti inflasi karena digunakan sebagai lindung nilai dari melemahnya daya beli, logam ini juga digerakkan faktor lain. Berikut ini beberapa situasi yang mempengaruhi harga logam mulia.

Perubahan kurs
Emas secara umum bergerak berlawanan dengan dolar AS. Komoditas ini diperdagangkan dengan denominasi dolar, maka ketika mata uang AS naik harga emas jadi lebih mahal dan terjadi aksi jual yang menjadikan harga turun.

Sebaliknya, pelemahan kurs dolar AS biasanya mendorong kenaikan harga emas dunia. Para investor memilih untuk menjual dolar milik mereka dan membeli emas yang dinilai mampu melindungi nilai aset dari tergerusnya nilai uang kertas.

Nilai tukar mata uang sendiri dipengaruhi faktor, mulai dari kondisi ekonomi suatu negara hingga perangai spekulan besar. Membaiknya data ketenagakerjaan AS pekan lalu, misalnya, membuat dolar menguat dan harga emas turun.

Situasi politik dunia
Perang, terutama yang melibatkan kepentingan AS dan negara Barat, berpotensi mengerek harga emas. Kerawanan politik dan sosial membuat orang menyingkir dari investasi berisiko seperti pasar saham dan memilih emas.

Sebagai contoh, kenaikan harga pada akhir 2002 dan awal 2003 terjadi sejalan dengan akan dilakukannya serangan sekutu ke Irak. Investor beralih dari pasar uang dan saham ke logam mulia sehingga permintaan emas melonjak tajam.

Suplai dan permintaan
Permintaan bank sentral dunia dalam beberapa tahun ini ikut menjadi salah satu motor penggerak harga emas. Topik ini jadi pembicaraan pada konferensi tahunan London Bullion Market Association pada September.

Financial Times menulis bahwa beralihnya bank sentral dari menjual dalam skala besar menjadi membeli telah membantu mendorong harga emas 25% lebih tinggi tahun tersebut, hingga September.

Berbeda situasinya dengan pertengahan 1998, pada saat harga emas terus merosot. Penyebabnya adalah pernyataan bank-bank sentral Eropa untuk mengurangi cadangan emas terkait rencana penggunaan mata uang euro.

Suku bunga

Tingginya suku bunga membuat orang lebih suka menyimpan uangnya pada deposito, daripada emas. Sebaliknya, ketika suku bunga turun atau rendah maka cenderung membuat harga emas naik.

Janji bank sentral AS menjaga suku bunga mendekati nol hingga akhir 2014 dinilai para analis sebagai faktor positif untuk harga emas tahun ini. Emas memang tidak menghasilkan bunga, keuntungannya didapat dari naiknya harga. Semakin tinggi kenaikan harga emas, semakin menariklah logam ini.

Namun, logika itu tidak berjalan di Indonesia. Pada masa krisis 1998, pemerintah pernah menaikkan suku bunga secara signifikan karena nilai tukar rupiah yang merosot tajam. Mereka berharap hal itu bisa menekan laju dolar AS. Meski suku bunga naik, harga emas juga naik. (tw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar