Minggu, 12 Februari 2012

ANEKA TAMBANG: Pembangunan pabrik peleburan alumina tertunda hingga 2013

Large_dsc_3719                           JAKARTA: PT Aneka Tambang Tbk memperkirakan realisasi pembangunan pabrik peleburan alumina (smelter grade alumina/SGA) akan molor menjadi tahun depan dari jadwal semula pada tahun ini.

Direktur Utama Antam Alwin Syah Loebis mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan studi kelayakan yang ditargetkan selesai pada semester pertama tahun ini.

"Sebetulnya studinya sudah tapi kami lagi evaluasi ulang dari hasil konsultan. Jadi mungkin semester ini. Tapi realisasinya tidak tahun ini melainkan tahun depan," katanya, hari ini 9 Februari 2012.

Proyek pembangunan pabrik SGA di Mempawah Kalimantan Barat itu sebenarnya telah direncanakan sejak 2 tahun yang lalu. Sebelumnya, perseroan menggandeng Hangzhou Jingjiang Group Co Ltd untuk membangun pabrik berkapasitas 1,2 juta metrik ton alumina per tahun itu dengan komposisi investasi Antam 55% dan Hangzou 45%. Namun, grup asal China itu membatalkan rencana tersebut sehingga Antam melanjutkan sendiri tanpa mitra.

Pabrik alumina pertama di Indonesia itu akan mencukupi pasokan bahan baku untuk Inalum sehingga tidak perlu lagi impor.

Kebutuhan investasi proyek SGA tersebut diperkirakan mencapai US$1 miliar atau sekitar Rp9 triliun. Alwin hingga kini masih enggan mengungkapkan sumber pendanaan proyek tersebut. "Belum sampai ke sana, kami fokus proyek yang ada dulu," ujarnya.

Dua proyek yang sedang digarap Antam saat ini adalah pembangunan chemical grade alumina (CGA) Tayan dan feronikel Halmahera Timur (FeNi Haltim) di Maluku Utara.

Dalam proyek CGA Tayan yang total investasinya mencapai US$450 juta itu, perusahaan pelat merah ini menggandeng Showa denko KK (SDK) dari Jepang dan telah memeroleh pinjaman dari Japan Bank for International Corporation (JBIC) senilai US$292,5 juta.

Adapun untuk pendanaan proyek FeNi Haltim yang nilai investasinya mencapai US$1,6 miliar, akan dibiayai dari penerbitan obligasi senilai Rp4 triliun yang menggunakan skema berkelanjutan. Sisa kebutuhan pendanaan akan ditutup dari pinjaman perbankan senilai US$650 juta.

Tahun lalu, perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan kenaikan pendapatan sejumlah komoditas.

Corporate Secretary Antam Bimo Budi Satriyo menyebutkan pendapatan Antam pada 2011 mencapai Rp10,3 triliun, naik dari Rp8,74 triliun pada 2010. Pencapaian tersebut sesuai proyeksi perseroan sebelumnya yakni di atas Rp10 triliun.

Dia juga menyebutkan komoditas feronikel masih memberikan kontribusi terbesar bagi perolehan pendapatan perseroan, selain ada pula dari pendapatan bijih nikel dan emas.

Berdasarkan data perseroan diketahui volume produksi feronikel selama tahun lalu tercatat naik 5% menjadi 19.690 TNi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Jjumlah itu juga sedikit di atas target perseroan yakni 18.000 TNi. Adapun volume penjualan feronikel mencapai mencapai 19.527 TNi, melebihi target 2011 sebesar 18.500 TNi.

“Pendapatan Antam dari komoditas feronikel tercatat Rp3,7 triliun seiring kenaikan volume penjualan dibandingkan 2010 meskipun harga rata-rata feronikel pada 2011 turun 3% menjadi US$9,79 per pon,” paparnya. (faa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar